Jumat, 09 Mei 2014

SI ABID


Dikisahkan oleh Wahab bin Munabbih bahwasannya di jaman dulu ada seorang ahli ibadah sebut saja namanya si Abid. Dia telah menjalankan ibadah dengan baik selama tujuh puluh tahun. Jika siang berpuasa dan hanya hari Sabtu ia terbuka. Suatu ketika Abid mempunyai keinginan. Ia lalu memanjatkan doa permohonannya kepada Allah Taala . Tetapi permohonannya itu tidak dikabulkan. Si Abid pun menyesal dan mencaci dirinya sendiri.

                Wahai badanku sendiri, seandainya engkau punya kebaikan, pasti keinginan-keinginanmu dipenuhi, hal ini karena dosa-dosamu sendiri sehingga keinginanmu tak terpenuhi. Demikian Si Abid mencaci dirinya sendiri. Ia merasa bahwa dirinya belum sempurna dalam melakukan ibadah.

                Kemudian datanglah Malaikat dan berkata kepada Abid,Wahai anak Adam , ketika kamu tawadlu (berendahkan diri) hal itu lebih baik dibandingkan ibadahmu selama tujuh puluh  tahun itu

                Betapa orang yang merendah diri dan tidak ujub akan ibadahnya akan lebih mulia. Seandainya si Abid merasa bahwa dirinya sudah suci dan sudah memenuhi syarat sebagai ahli ibadah, barang kali Allah akan murka padanya dan menghapuskan amal pahala ibadahnya.

                Syaby bercerita, bahwasannya ada orang yang diberi karomah, diberi kelebihan dan keistimewaan dari Allah . Ketika panas terik, ia tak pernah kepanasan, karena kemana saja dia pergi selalu dinaungi awan diatasnya. Secara kebetulan , suatu ketika ada orang yang mengikutinya dari belakang. Orang itu heran melihat awan terus mengikuti seseorang yang mendapat karomah. Maka orang yang dibelakang itu mengikuti terus agar turut terkena naungan awan. Tapi si mendapat karomah ini ujub.

                Tak pantas manusia seperti engkau ini berjalan bersamaku dan ingin naungan awan seperti aku, kata orang yang mendapat kelebihan tersebut.

Ketika mereka berpisah, maka orang yang mempunyai keistimewaan itu tiba-tiba ditinggalkan awan. Awan yang menaungi lalu mengikuti orang awam yang baru saja dihina tadi.

Umar Bin Khathob berkata : Kesempurnaan taubat ialah selalu mengingat dosa yang telah diperbuat. Kesempurnaan amal yaitu menghindarkan ujub dalam beramal (beribadah) sedangkan kesempurnaan syukur yaitu : Menyadari adanya kekurangan atas dirinya.

Seperti kata Ibnu Masud yaitu bahwa faktor penyebab keselamatan manusia itu ada dua perkara yaitu bertaqwa dan menanamkan niat sungguh-sungguh. Sedangkan faktor penyebab kecelakaan /kebinasaan juga dua perkara yaitu putus asa dan membanggakan diri (ujub)

Mula-mula ujub itu hanya berada di dalam hati, yakni menganggap dirinya paling mulia, paling segala-galanya dan paling sempurna dibandingkan orang lain. Karena anggapan yang demikian itu maka hatinya merasa puas dan bangga apa yang dirasa kelebihan pada dirinya. Kemudian berkembang menjadi suatu perkataan yang mengungkapkan tentang pandangan manusia kepada dirinya sendiri yang mulia.

Padahal yang demikian ini sangat dicela dalam agama dan dibenci Allah . Karena seseorang sudah dijangkiti penyakit ujub maka lalu ada sikap meremehkan dalam berbuat amal, maka tepatlah kiranya jika ujub ini adalah pangkal kemaksiatan, kelalaian dan kesenangan nafsu untuk merasa puas dengan dirinya. Sedangkan orang yang merasa puas dengan dirinya sendiri karena menganggap sempurna maka dia buta dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar